Jumat, 22 Mei 2015

menuju sukses dengan amanah

menuju sukses dengan amanah

Sifat amanah dan kejujuran mulai langka. Padahal kebangkitan dan kejayaan umat Islam ditentukan oleh sikap amanah dari generasi penerus.  Banyak muslim yang berpikir pragmatis dalam bekerja dan berdakwah.  “Apa yang bisa saya dapatkan”, bukan “Apa yang bisa saya bantu, apa yang bisa saya berikan”. Pakai jurus ‘aji mumpung’.  Akibatnya, banyak anggota DPR dan pejabat negara yang tersandung kasus korupsi dan masuk bui. Aktivis dakwah pun begitu.  “Untuk apa saya susah-susah mengerjakan hal-hal begini. Belum tentu nanti kalau bagus hasilnya bisa saya nikmati.” 

Masyarakat kehilangan rasa saling percaya, tumbuh sikap saling curiga (negative thinking), menjamurnya mental hipokrit, apriori terhadap tugas dan kewajiban, serta sifat-sifat tercela lainnya. Umat Islam menjadi miskin produktivitas dan prestasi. Bekerja tidak lagi murni karena Allah dan untuk memperjuangkan umat Islam.
Mulai sekarang, kita harus segera menanamkan sikap amanah sejak dini.


Kunci Amanah Berbuah Kesuksesan

Sebagai Makhluk yang paling sempurna diantara ciptaanya tentunya membuat kita patut bersyukur, atas nikmat dan karunianya. Sebgai timbal balik selayaknya kita dapat menunjukkan kualitas kesempurnaan hidup ini, salah satunya ialah jujur karena jujur adalah salah satu pilar utama aqidah dan makhluk yang baik akan beraqidah yang baik pula.
Seorang dikatakan tidak ada nilainya dalam islam tatkala ia mulai berdusta. Lebih lebih Mereka bisa di golongkan sebagai seorang munafik nauzubillah.
Sekali berdusta jika menyatakan iman saya yakin imannya sangat rapuh dan sedikit orang untuk mempercayainya, manusia di dunia ini terbagi menjadi dua jalan yaitu:
jalan kejahatan dan jalan kebaikan
Jalan (kejahatan) jalan yang lebih cenderung kepada hal hal negatif untuk pelaksanaannya sanggatlah mudah dan ringan. Namun sebaliknya,
Jalan (Kebaikkan) jalan yang lebih cenderung kepada hal hal positif untuk pelaksanaannya berat ibarat mendaki sebuah gunung tinggi namun di balik jalan kebaikan inilah bernilai Ridho Allah.
Amanah merupakan tanggung jawab yang diemban oleh manusia, Namun tidak sedikit diantara kita lalai akan hal tersebut. Salah satu contoh ketika menemukan barang berharga di jalan atau di mall dengan enaknya kita merasa eman (jawa) untuk mengumumkannya padahal dalam ajaran islam setiap orang yang menemukan barang berharga yang bukan miliknya hendaknya di umumkan selama satu tahun. Apabila satu tahun tidak ada yang memiliki maka kewajiban anda memberikan kepada “baitul mal” kalau tidak ada bisa di berikan kepada masjid, barang itu boleh di pakai dengan catatan jika suatu saat ada yang mengakuinya anda berkewajiban untuk mengantinya.

Begitu agung suatu amanah sehingga kita di atur dalam hak dan kewajibannya, sedikit tentang pengalaman saya ketika kehilangan sebuah flasdisk 16Gb bukan masalah harga atau spacnya akan tetapi isi dari data data mengajar dan lain sebagainya setelah satu hari saya mencarinya dengan penuh harapan bisa ketemu kembali, dan sekitar pukul 18.00 Wib saya pergi ke sebuah warnet bukan untuk browsing tapi menayakan sebuah flasdisk karena tadi paginya saya bermain di warnet tersebut.

Alhamdulillah setelah menayakan kepada Operator flasdisk saya masih disimpan oleh sang pemilik warnet. Hal inilah pentingnya sebuah amanah sehingga dalam agama sanggat diatur sedemikian rupa, Anehnya setelah sampai di depan warnet saya berfikiran di balik kesuksesan warnet tersebut ada nilai tersendiri yakni menjaga amanah dan barang konsumen yang ketinggalan. Setiap konsumen sudah log off penjaga warnet selalu mengacek di setiap bikil bilik komputer.